Rabu, 26 Desember 2018

26 Desember 2018

Sudah lama benar tidak pernah menulis, mungkin sudah 3 tahun atau barang kali lebih dari tahun itu. mulai dari awal menulis dengan ungkapan "Gua" seperti anak jakarta selatan di jaman sekarang sampai dengan ungkapan "Ane" yang berkesan seperti orang arab yang tak punya tampang arab pula di wajah ini. Mungkin sekarang akan gunakan "Aku" saja karena lebih manusiawi. Semua mungkin berawal dari sebuah mimpi atau hanya mazinasi ? atau mimpi di dalam imazinasi ? entahlah yang pasti akan ku ceritakan kisahnya seperti ini.

"Kenapa ingin menulis lagi mas?" tiba-tiba tanya seseorang padaku.

"Entahlah, mungkin karena pengaruh bukunya Pramodya Ananta Toer" Jawabku.

"Hmm, mungkin mas coba untuk berlatih menulis lagi"

"Mungkin, aku akan coba untuk menulis lagi"

Dia kemudian duduk di kursi yang entahlah aku bingung datang dari mana kursi itu.

"Kau sangat kurang dalam berkomunikasi mas, barang tentu lancar kau berkomunikasi dengan keluargamu, tapi tidak lancar kau berkomunikasi dengan sesamamu, seusiamu dan lawan jenismu"

Muncul entah dari mana kursi kedua yang langsung berada di belakangku. aku duduki kursi misteri itu dan baru aku sadar bahwa ternyata sekelilingku telah putih semua, apakah ini yang namaya ilusi ? dinding putih, langit-langit putih dan tak ada pun noda di ruangan ini, mungkin disini akulah nodanya dan dia yang di hadapanku dia tak bernoda hanya berbentuk cahaya menyerupai manusia tapi aku yakin dia wanita.  aku yakin dari suaranya, suara yang aku kenal tapi entah siapa.

"Kenapa diam mas ? Bengong ?" tanyanya.

"Kiranya aku sedang di alam mimpi"

Dia beranjak dari duduknya dapat kulihat senyumannya namun aku tak bisa melihat kilauan matanya, yang kutahu disana ada sepasang mata yang menatapku dengan penuh kepercayaan

"Menulislah mas, aku rindu tulisanmu, aku rindu imazinasi unik mu, ingatkah kau kepada Pablo Piccasso ?".

"Everything you can imagine is real" jawabku pelan namun penuh arti.

"Betul mas"

dia merendahkan badannya dibawahku yang sedang duduk dan dapat kuliat apa yang dia kenakan di tubuhnya, kaus putih dan celana jeans putih kah ? entahlah tak jelas di mataku dan perhatianku tiba-tiba teralihkan dengan genggaman tangannya yang tidak hangat dan tidak dingin yang akhirnya aku yakn bahwa ini adalah mimpi. Dulu aku sering Lucid Dream, nanti akan ku ceritkan kisah lucid dream di tulisanku yang lain.

"Tak mengapa kau merasa tulsan mu tidak begitu baik sekarang, karena kau belajar terus untuk menulis".

"Aku ragu dengan tulisanku".

"Menulislah sementara hanya untukmu mas".

"Imajinasiku tak sehebat dulu".

"Jauhi kebiasaan jelekmu mas, ada masanya kau merasakan 'Rasa Itu' nanti"

"Tak bisa, itu candu"

"Kau bakalan bisa mas"

dia pegang tanganku kuat-kuat dengan tangannya yang aku tidak tau hangatkah atau dinginkah.

"Tulisanku tidak seperti dulu dan aku lupa aturan-aturannya".

Dia beranjak dari tumpuannya untuk berdiri kemudian sejajar badannya dengan badanku, dia mungkin lebih tinggi dari padaku ketika aku duduk dan tiba-tiba dia memelukku dan wajahku masuk kedalam dadanya yang entahlah aku bingung mengungkapkannya bagaimana yang pasti aku tidak merasa hangat ataupun dingin.

"Lupakan semua aturan itu, semua aturan itu satupun kau lupakan mas, Tulislah apa yang ingin kau tulis untuk kau ungkapkan, barang tentu orang-orang hanya ingin tau apa yang ingin kau ungkapkan namun kau tak bisa mas"

Dia remas rambutku dan kemudian semuanya menjadi jelas, aku tersedok ke dalam dirinya, lingkaran penghipnotis berputar-putar berlatar putih dan bergaris hitam membingungkan, seperti terjatuh terus aku terjatuh ke dalam dirinya yang tak bisa aku hentikan, herannya aku masih bisa berfikir bahwa ini adalah lucid dream, aku coba untuk mengendalikan dan ku bayangkan sayap-sayap tumbuh di punggungku.

sial, tidak berhasil, ini bukan mimpi biasaku, mimpi lucid sialan itu dan jurang ini tak berujung pula, terus berputar-putar.

Dan tiba-tiba.

 Tembok dan langit-langit putih ilusi itu hilang dan digantikan dengan lampu gantung dengan langit-langit putih namun kusam dan tembok berwarna kuning yang tak kalah kusam karena bekas bocor dan lembab air hujan. Aku menggosok-gosok mata dengan tangan dan kusadari bahwa ternyata.

"Aku kembali ke dunia nyata" pikirku.